Senin, 02 Mei 2011

Berhati hatilah dengan MSG dan Turunannya

PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh admin   
Rabu, 01 Desember 2010 03:25
Salah satu zat aditif makanan yang kita kenal sekaligus kontroversial adalah MSG monosodium glutamat.
Di Indonesia, bahkan penelitian-penelitian dikembangkan untuk mencari alternatif bahan baku pembuatan MSG.Dari hasil pencariani informasi, saya mendapati bahwa untuk kasus MSG ini publik terbagi menjadi 2 ekstrim: MSG is deadly dangerous (karena itu sampai diadakan pendekatan ke pemerintah untuk menekan perusahaan pembuat MSG. note: bukan di indo sini) dan MSG aman dikonsumsi.

Ke sebelah mana anda berpihak, tentu itu hak prerogatif anda saja. US FDA sendiri berkata "generally recognized as safe": MSG aman untuk pemakaian tak berlebih, dalam kelas yang sama dengan garam, cuka, serta soda kue. Gosipnya, ada duit gede yang beredar dalam rangka sustainability produsen MSG di Amerika.

Anda ingin diet bebas MSG? Kalau masak sendiri dan semua bumbu asli racikan dapur anda, tentu tidak ada masalah. Tapi kalau membeli makanan dalam kemasan, lain ceritanya. Dan kemasan yang bertuliskan ‘No MSG‘ atau ‘tanpa MSG‘, belum tentu benar-benar bebas glutamat. Kita tetap perlu mencermati tulisan yang tertera setelah ‘komposisi’.
Nama turunan atau alias paling sederhana adalah mononatrium glutamat. Yang pernah belajar kimia (dalam bahasa Inggris), tentu tak berpikir dua kali untuk mencerna bahwa sodium itu bahasa Inggris-nya natrium.

Alias lainnya adalah hydrolysed protein (protein terhidrolisa), hydrolysed vegetable protein (protein sayuran terhidrolisa), sodium caseinate, autolysed yeast (atau yeast extract atau ekstrak ragi), tepung gandum terhidrolisa, dan minyak jagung.

Penyedap yang ‘seringkali‘ berisi MSG adalah whey extract (ekstrak gandum), malt extract / flavoring (ekstrak malt), seasonings (tulisan ini ada di bungkus bumbu mi instan), flavourings (termasuk yang natural ataupun rasa lain seperti daging), broth (istilah ini sering dipakai di lab. mikrobiologi untuk medium pertumbuhan bakteri, biasanya mengandung yeast extract).

Sedangkan sumber MSG yang ‘mungkin‘ di antaranya adalah carrageenan atau vegetable gum, enzim, protein (termasuk isolat atau konsentratnya), soy protein atau protein kedelai, soy sauce alias kecap, serta whey protein concentrate.

Nama ‘alias’ dari MSG ini sudah lama digunakan sejak ditemukannya efek negatif dari konsumsi MSG. Produsen yang menyadari bahwa konsumen semakin ‘pintar’, tak ingin kalah pintar dengan cara menyiasati peraturan. Produsen bisa jadi memang tak bersalah. Yang ditambahkan pada makanan kemasan memang bukan MSG, melainkan bentuk lain bernama lain namun hasil dan efek sampingnya (bisa jadi) sama dengan MSG.

US FDA memperkecil kemungkinan penyiasatan tersebut dengan pengharusan pencantuman ‘contains glutamate‘ untuk aditif apapun yang mengandung glutamat dalam kadar yang signifikan (sebagai penguat rasa). Tapi rasanya keharusan ini tidak berlaku di Indonesia, karena saya belum pernah lihat ada tulisan tersebut setelah kata ‘yeast extract‘.

Coba tengok lagi simpanan makanan-dalam-kemasan atau processed foods anda, mi instan, snack, nugget (apapun merk dan jenisnya), kecap, dll. Apakah ada bahan yang saya sebutkan? Dan ini masih di luar pengawet makanan, pewarna, dan aditif lain.
Maroji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar